JAKARTA - Pada era digital ini, kerap kali viral peristiwa para pelajar di daerah tertinggal, yang terpaksa menyeberang sungai dengan seutas tali saja. Tapi demi bersekolah, mereka rela melakukannya, meskipun risikonya besar.
Bukan hanya itu masalah di daerah tertinggal, salah satunya yaitu minimnya fasilitas pendidikan. Lokasi sekolah yang cukup jauh sering dikeluhkan anak-anak di daerah tertinggal. Masalah lainnya adalah masih kurangnya tenaga pengajar atau guru.
Menurut Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Priyono, siswa SD dan SMP di daerah tertinggal terpaksa menempuh perjalanan selama berjam-jam untuk mencapai sekolah. Soalnya, jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh.
Berangkat dari masalah tersebut, Ditjen PDT dalam dua tahun terakhir menginisiasi pembangunan asrama siswa dan rumah guru yang dekat dengan sekolah. Dengan demikian, para siswa dan guru bisa lebih berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar.
Bantuan asrama siswa dan guru pada 2018 diberikan kepada 10 kabupaten, yakni Kabupaten Kapuas Hulu, Nias Barat, Merauke, Sambas, Sarmi, Kepulauan Sula, Pasaman Barat, Lombok Timur, Buru, dan Belu.