Bunga Krisan asal Bogor Siap Ekspor ke Jepang
BOGOR - Pembudi daya bunga krisan, Ketut Suwarjana, siap mengkespor produknya ke Jepang. Mengingat menjadi negara mengimpor terbesar di kawasan Asia. Permintaan mencapai 10 ribu tangkai per bulan.
Produk mesti berkualitas. Agar mampu menembus "Negeri Sakura". Lantaran Jepang menerapkan standar tinggi untuk seluruh barang yang masuk.
Bunga ini rutin menghiasi dekorasi di acara pernikahan, buket, dan bunga papan. Permintaan melonjak hingga tiga kali lipat kala hari-hari keagamaan.
"Setiap produk harus bebas dari hama dan penyakit, tidak lecet, daun halus tidak ada bercak, serta bunga mekar tahan lama," katanya.
Krisan yang dikembangkannya, klaim petani asal Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, mampu bertahan di atas 20 hari. Daun bunga pun mulus tanpa bercak.
Ketut melanjutkan, selera pasar lokal berbeda dengan Jepang. Pembeli di Indonesia ingin bunga mekar kala dipanen. Sedangkan di sana, menghendaki bunga masih kuncup.
Kendati begitu, permintaan pasar tersebut menguntungkannya. Lantaran dapat menanam empat kali dalam setahun. Benefit lainnya, "Menghemat biaya pemeliharaan, bunga lebih terjamin dari serangan hama dan penyakit."
Sebelum ekspor, dirinya bakal melakukan perluasan tanam. Pangkalnya, baru memproduksi sekitar 4.000 ribu tangkai.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Swastika Jaya itu pun berharap dukungan pemerintah. Dalam pengembangan krisan. Khususnya menyangkut teknik budi daya. Apalagi, dia juga butuh investasi besar dalam ekstensifikasi lahan.
"Bimbingan teknis sangat diperlukan. Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam mengelola kebun, penanaman, hingga pemanenan," tuturnya.
Benih. Masalah lain yang dihadapi Ketut. Pasalnya, berasal dari pohon indukan yang sudah digunakan turun-temurun. Sehingga, produktivitas dan ketahanan terhadap hama dan penyakit menurun.
Sementara, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan, Liferdi Lukman, memastikan, pihaknya bakal membantu Ketut. Karenanya, anggaran yang dialokasi berlipat ganda pada tahun depan.
"Tahun 2020, kami alokasikan pengembangan krisan melalui APBN seluas 47 ribu meter persegi. Melonjak dari tahun ini yang hanya 3.500 meter persegi," ucapnya.
Hingga kini, lanjut dia, krisan yang dibudidayakan petani Indonesia telah mampu menembus kancah global. Pada Januari-Juli 2019, mengekspor 16,4 ton ke Jepang senilai Rp3,5 miliar.