Dua tahun berturut-turut, Cirebon Power Raih Proper Hijau
PT Cirebon Electric Power meraih predikat Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) Hijau 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Konsistensi Cirebon Power dalam pengelolaan lingkungan secara baik tersebut membuahkan pencapaian Proper Hijau dua tahun berturut-turut pada 2019 dan 2020. Predikat Proper Biru juga telah diraih selama tiga tahun berturut-turut sejak 2016.
Setiap tahun, KLHK mengeluarkan peringkat penilaian kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan melalui ajang Proper. Pada 2020, tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup mencapai 88%, lebih baik dari 2019 yaitu 85%. Dari evaluasi terhadap 2.038 perusahaan, tahun ini KLHK memberikan peringkat Proper Emas kepada 32 perusahaan, Proper Hijau kepada 125 perusahaan, Proper Biru kepada 1.629 perusahaan, Proper Merah kepada 233 perusahaan serta Proper Hitam kepada dua perusahaan.
Penghargaan Proper Hijau 2020 kali ini digelar pada Selasa (15/12) secara terbatas dengan hanya dihadiri oleh penerima Proper emas, namun juga diikuti seluruh peserta Proper 2020 secara luar jaringan (online).
Presiden Direktur Cirebon Power Hisahiro Takeuchi menyatakan kegembiraannya, atas penghargaan Proper Hijau 2020. Menurut Takeuchi, pencapaian ini adalah bentuk pengakuan pemerintah atas kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dirintis sejak awal, dan akan dilakukan secara konsisten, bahkan dengan pengembangan secara terus menerus.
“Sekali lagi, tahun ini kami mendapat Proper Hijau sebagai bukti upaya Cirebon Power untuk terus menekan emisi dan efisiensi energi. Kami akan terus berupaya untuk menjalankannya dengan berbagai peningkatan, semoga tahun depan Cirebon power sudah bisa meraih Proper Emas,” kata Takeuchi.
Proper Hijau merupakan pencapaian kinerja sangat baik dalam penilaian pengelolaan lingkungan suatu perusahaan yang dilakukan KLHK. Predikat ini diberikan kepada Cirebon Power untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) unit pertama berkapasitas 660 MW. Tahun ini, pembangkit listrik unit pertama milik Cirebon Power mencetak prestasi pada tiga kategori penilaian. Yaitu efisiensi energi hingga 25.690 GJ melalui upaya optimalisasi teknologi ESP, penurunan emisi hingga 16.963,7 Ton CO²e dengan cara optimalisasi cooling water pump, dan pemanfaatan fly ash hingga sebanyak 51,75 ribu ton.
Beroperasi sejak 27 Juli 2012, PLTU Unit I termasuk pionir dalam penerapan teknologi ramah lingkungan supercritical (SC) boiler di Indonesia. Selain teknologi ramah lingkungan pada pembangkit listriknya, Cirebon Power juga melibatkan masyarakat dalam menjalankan prinsip green sustainability melalui tiga program utama yaitu bank bibit dan penanaman mangrove serta taman terbuka hijau, pendampingan UMKM, dan pengembangan usaha berkesinambungan. Takeuchi meyakini, pemberdayaan masyarakat tak hanya tanggung jawab sosial, namun upaya untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat sekitar.
“Kegiatan penanaman mangrove sendiri tidak hanya efektif mengonversi energi, tetapi juga menurunkan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi mereduksi dampak perubahan iklim,” ujar Takeuchi.
Konsorsium pembangkit listrik antara Indonesia, Jepang dan Korea Selatan tersebut kini sedang membangun PLTU Unit II memanfaatkan teknologi lebih maju dari pendahulunya, yaitu ultra super critical (USC). Teknologi yang digunakan Cirebon Power ini mengurangi tingkat emisi hingga level maksimal. Pembangkit berkapasitas 1000 MW itu diproyeksikan akan mulai beroperasi pada 2022.