Rekayasa Cuaca Bisa Jadi Solusi
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membuka opsi rekayasa cuaca untuk menanggulangi dampak kekeringan, terutama di daerah-daerah lumbung pangan.
"Ya tentunya harus dilihat efektivitas karena harganya juga tidak murah, tapi bukan tidak mungkin itu jadi solusi untuk daerah-daerah yang kondisi ekstrem," kata Emil, sapaan akrabnya, kepada wartawan di Gedung Sate, Bandung, Jumat (5/7).
Sebagai informasi, ratusan hektare lahan pertanian di Jawa Barat kini terancam puso alias gagal panen akibat kemarau berkepanjangan. Di Cirebon misalnya, para petani terpaksa menunda panen karena batang padi mereka cokelat kemerahan dan tanah persawahan retak tak beraturan.
Kondisi yang sama terjadi di kawasan Indramayu, Subang, dan banyak lagi daerah lumbung pertanian di Jawa Barat.
Terkait hal itu, Emil mengaku telah berkoordinasi dengan Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) agar memonitor penurunan debit air di sistem irigasi.
"Tolong diatur debitnya tidak sederas musim penghujan. Jadi aliran tetap ada tetapi dengan jumlah volume yang dihemat dan dikurangi kepada yang benar-benar kering," kata dia.
Pesawat menyemai benih hujan buatan
Jika sudah mendesak dan wilayah terdampak kekeringan meluas, kata Emil, pihaknya baru akan mencarikan solusi seperti melakukan rekayasa cuaca.
Emil juga mengajak seluruh warga Jawa Barat untuk menghemat air selama musim kemarau tahun ini. Dia merujuk pada informasi BMKG bahwa puncak musim kemarau tahun ini diprediksi terjadi pada bulan September.
Tidak hanya petani, kemarau juga akan berdampak pada suplai air bersih yang biasa digunakan oleh warga.
"Dan kita sudah punya SOP kepada PDAM di seluruh Jabar untuk menyediakan layanan ekstra di antaranya menjual air yang harganya terjangkau dengan jemput bola. Jadi mendatangi daerah-daerah atau titik warga yang membutuhkan air bersih," kata dia.