Temuan 150 Klaster Sekolah, Ridwan Kamil: Belum Valid
Jawa Barat – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengklarifikasi temuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud ristek) mengenai 150 klaster sekolah akibat Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
"Nah ini yang penting, ada temuan Kemendikbudristek bahwa ada 150 kluster Covid-19 di sekolah di Jabar. Tapi laporan hari ini dari dinas pendidikan bahwa itu datanya belum valid," ujar Ridwan Kamil yang biasa disapa Kang Emil.
Melansir dari akun instagramnya, @ridwankamil, Kang Emil mengatakan sementara Tidak/belum ada KLASTER Covid selama pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah2 di Jawa Barat.
Ridwan Kamil menjelaskan sebanyak 150 sekolah yang disebut Kemendikbudristek merupakan jumlah sekolah yang siswa atau gurunya pernah terpapar Covid-19, bukan karena klaster sekolah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dedi Supandi telah mengecek terkait informasi adanya 150 klaster sekolah di Jabar.
"https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/kesiapanbelajar/home/survey-ptm-dashboard-spasial, setelah kami telusuri dari data ini, tidak bisa diakses, kemudian saya konfirmasi di Kemendikbud dari teman yg ada di sana , saling tuduh antara data Pusdatin dan dari Pauddasmen, sehingga data di tutup, sementara kalau lihat data , keluarnya di di Pusdatin," ujar Dedi.
Klarifikasi atas miskonsepsi jumlah klaster sekolah di Jawa Barat juga disampaikan Kemendikbudristek sebagai berikut:
1. Angka 2,8 persen satuan pendidikan itu bukanlah data klaster Covid-19, tetapi data satuan pendidikan yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular Covid-19. Sehingga, lebih dari 97 persen satuan pendidikan tidak memiliki warga sekolah yang pernah tertular Covid-19.
2. Data 2,8 persen belum tentu juga penularan Covid-19 terjadi di satuan pendidikan. Data tersebut didapatkan dari laporan 46.500 satuan pendidikan yang mengisi survei dari Kemendikbudristek.
3. Sebanyak 2,8 persen satuan pendidikan yang diberitakan itu bukanlah laporan akumulasi dari kurun waktu satu bulan terakhir, tetapi 14 bulan terakhir sejak tahun lalu yaitu bulan Juli 2020.
4. Isu yang beredar mengenai 15.000 siswa dan 7.000 guru positif Covid-19 berasal dari laporan yang disampaikan oleh 46.500 satuan pendidikan yang belum diverifikasi, sehingga masih ditemukan kesalahan.