Aksi Damai Reuni 212 Bentuk Gairah Persatuan Umat Islam
JAKARTA - Kegiatan Reuni Mujahid 212 merupakan cerminan semangat persatuan umat Islam di Indonesia. Oleh karena itu, tidak tepat jika acara tersebut dicap berbau politik dan dibiayai oleh pihak-pihak tertentu.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Faros, Jawa Timur (Jatim) KH Irfan Yusuf atau akrab disapa Gus Irfan menilai, semua akan dimaknai politis jika dilihat dari sudut pandang politik. "Kalau kita lihat dari kacamata dakwah dan persatuan, ya ini persatuan," kata Gus Irfan dalam keterangan tertuli, Senin (3/12).
Dia pun lantas menyinggung acara peresmian pasar dan jalan tol yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, acara peresmian tersbeut juga dapat disebut politis jika melihatnya dari sudut politik.
"Sama saja dengan presiden meresmikan pasar misalnya. Itu kita lihat peresmian pasarnya atau politiknya. Semuanya tergantung kita melihatnya dari kaca mata yang mana," ungkapnya.
Salah satu cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu turut ambil bagian dalam Reuni Mujahid 212. Dia sengaja berangkat dari Surabaya menuju Jakarta, Sabtu (1/12) malam menggunakan pesawat terakhir pada hari itu.
Di dalam pesawat dia mengaku bertemu dengan peserta Reuni Mujahid 212 lain dari berbagai wilayah di Jawa Timur (Jatim) seperti Madura dan Malang. "Hampir 80 persen penumpang pesawat malam itu memang yang akan berangkat ke Monas. Jadi mereka berangkat murni dari uang pribadi. Tidak ada hubungannya dengan pemodal. Ini mencerminkan semangat persatuan umat Islam," ujarnya.
Dia mengatakan, dirinya tak melihat unsur politis pada Reuni Mujahid 212. Menurutnya, justru melihat semangat persatuan yang digelorakan umat Islam melalui acara ini.
"Ghirohnya luar biasa. Saya itu orang ndablek (bandel). Hampir tak pernah menangis dalam hidup kecuali saat Ibu meninggal. Kemarin itu, melihat begitu banyak orang, apalagi saat baca solawat, begitu banyak orang baca solawat, tak terasa air mata menetes," katanya. (Ant)