Angka Kematian Ibu Hamil Naik, Muhadjir Dorong Kapasitas Nakes Ditingkatkan
Jakarta, Jurnal Jabar - Jumlah kematian ibu hamil mengalami peningkatan pada 2020. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 4.627 kematian ibu dengan sebagian besar disebabkan akibat pendarahan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan perlu adanya peningkatan kapasitas dari tenaga kesehatan (Nakes), penyuluh keluarga berencana (PLKB), bidan dan kader.
“Peran bidan, PLKB (pelaksana program KB) dan kader masyarakat menjadi tulang punggung utama dalam mendorong perencanaan kehamilan,” kata Muhadjir, dilansir dari laman alinea.id pada Kamis (18/11).
Menurut Muhadjir, Nakes dan petugas terkait harus mampu menangani permasalahan-permasalahan di tingkat dasar agar angka mortalitas dan morbiditas dapat ditekan. Termasuk, tetap memperbarui ilmu secara berkala, terutama di masa pandemi Covid-19.
Muhadjir menjelaskan, faktor utama untuk mencegah kematian dan memastikan kesehatan ibu dan anak adalah perencanaan kehamilan. Berdasarkan data, dari 28.158 kematian balita, sebanyak 72,0% kasus atau 20.266 kematian terjadi pada usia 0-28 hari (neonatus).
Kemudian, sebesar 19,1% terjadi pada usia 29 hari sampai 11 bulan, dan 9,9% terjadi pada usia 12-59 bulan, dengan penyebab utama berat badan lahir rendah (BBLR).
Lebih lanjut Muhadjir menambahkan, ada empat faktor yang berpengaruh pada kesehatan ibu dan anak. Ini dikenal dengan 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak. Bahkan, untuk kelompok rentan dan wanita usia subur sangat berisiko tinggi terjadi anemia, serta kurang energi kronik.
“Saya kira tantangan yang kita hadapi memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin bagi kita untuk melewatinya. Kolaborasi dan koordinasi sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang harus dilakukan bersama-sama,” pungkasnya.