Berdemokrasi di Kampung Naga: Ulah Ngagorengkeun Batur
Garut - Antusiasme dan partisipasi warga adat Kampung Naga terhadap pesta demokrasi itu menjadi perhatian khusus Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tasikmalaya.
Salah satunya seperti yang dilakukan Komisioner KPU Kabupaten Tasikmalaya Fahrudin, S.Ag yang terjun menemui langsung warga adat Kampung Naga meskipun harus berjalan kaki menuruni 444 anak tangga dan melewati jalan setapak untuk bisa masuk ke pemukiman warga adat.
"Saat itu dari KPU hanya saya, karena komisioner yang lain sama sedang sosialisasi di tempat lain," kata Fahrudin.
Antusiasme warga dalam memilih itu dinilai KPU Kabupaten Taskmalaya merupakan hal yang harus dijaga, dan menjadi contoh bagi daerah lain di Tasikmalaya maupun seluruh daerah di Indonesia dalam berdemokrasi.
"Kalau masyarakat biasa agak acuh, ini (antusias warga adat) karena peran kepala sukunya masih kuat," katanya.
Sosialisasi yang pernah dilakukan KPU Kabupaten Tasikmalaya itu berlangsung pada 23 Februari 2019 yang dilaksanakan selama dua jam mulai pukul 13.00 sampai pukul 15.00 WIB di sebuah bangunan adat yang selalu digunakan untuk pertemuan warga.
Berkoordinasi dengan Tokoh Adat
Jauh sebelum diselenggarakan sosialisasi, jajaran KPU melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan tokoh adat atau disebut juga dengan nama panggilan Kuncen Kampung Naga yang saat ini dipegang oleh Ade Suherlin.
Koordinasi itu untuk mengatur waktu agar tidak berbenturan dengan aktivitas warga adat yang biasa dilakukan sehari-hari seperti bertani atau pergi ke hutan, hingga akhirnya diputuskan pelaksanaannya dengan mengumpulkan warga di bangunan adat atau bale pertemuan.
"Kalau di Kampung Naga sangat taat kepada kepala sukunya, jadi kita pendekatannya ke kepala suku ke kepala adatnya, setiap tahapan pemilu selalu sosialisasi ke sana," katanya.
Petugas KPU Kabupaten Tasikmalaya menyampaikan tentang tahapan pemilu, termasuk memperkenalkan para peserta Pemilu 2019 mulai dari pasangan calon presiden dan wakil presiden, kemudian nama-nama partai politik, termasuk calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) daerah pemilihan Jawa Barat.
Materi lain yang disampaikan kepada para warga adat yang hadir sekitar seratusan orang itu terkait warga adat jangan mudah terpengaruh dengan penyebaran kabar bohong atau 'hoaks' yang negatif, termasuk menolak dengan politik uang.
"Kami juga harus menjaga keutuhan kerukunan, dengan adanya pemilu jangan sampai tali persaudaraan menjadi pecah," katanya.
Warga adat Kampung Naga mengaku tidak ada kesiapan khusus, semua mengalir seperti biasa, kecuali kesiapannya mengikuti sosialisasi tentang tata cara pemilihan termasuk mengenalkan para peserta pemilu oleh KPU Kabupaten Tasikmalaya.
"Tiis Ceuli, Caang Panon".
Seperti yang diungkapkan Sesepuh Warga Adat Kampung Naga, Ucu Suherlan (53) bahwa sosialisasi itu penting untuk memberikan kemudahan warga adat agar saat pelaksanaannya benar sesuai aturan.
Ucu yang merupakan adik kandung dari Kuncen Kampung Naga Ade Suherlin itu selalu mengingatkan kepada masyarakat untuk ikut serta mensukseskan apa yang menjadi agenda negara dalam memilih pemimpin bangsa.
Sampai saat ini, kata Ucu, warga adat Kampung Naga selalu mematuhi apa yang menjadi larangan dan apa yang harus dilakukan karena benar, meskipun hidup di perkampungan dengan kesederhanaan, namun memiliki harapan melalui pemilihan umum menjadikan negara lebih baik di berbagai bidang.
Ucu juga berupaya membangun masyarakat adat untuk tidak mudah terpengaruh dengan berbagai isu atau kabar bohong yang bernuansa negatif atau dapat memecah belah dengan tersebarnya berbagai informasi di luar kampung.
"Meskipun di luar katanya "panas", di Kampung Naga tetap biasa saja, 'tiis ceuli' (dingin telinga) 'caang panon' (jernih mata) tidak terpengaruh," katanya.
"Ulah saling ngagorengkeun batur (jangan saling menjelekkan orang lain)," kata Ucu santai dengan ucapan menggunakan bahasa Sunda. (ANT).