Epidemiolog Sebut Omicron & Delta Bisa Lahirkan Varian Rekombian Berbahaya
Jakarta, Jurnal Jabar - Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan varian Covid-19 Omicron memiliki pertumbuhan eksponensial paling cepat. Untungnya, capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah lebih dari 40%. Sehingga jumlah orang yang telah memiliki imunitas lebih banyak daripada ketika varian Delta muncul.
Namun jika dibiarkan, varian Covid-19 Omicron ini bisa menimpa kelompok rentan berisiko tinggi. Imbasnya, angka kematian akan meningkat secara signifikan. Apalagi saat ini, Indonesia masih harus mengendalikan dua varian Covid-19 berbahaya, yaitu Delta dan Omicron.
“Kalau bicara potensi gelombang tiga, iya ini moderat. Sejauh ini, meskipun Omicron sepertinya moderat, yang artinya tidak akan seburuk ketika Delta, tetapi tetap berdampak kalau membiarkan orang-orang terinfeksi, karena ada potensi long Covid-19,” ucap Dicky, Rabu (29/12), dilansir dari Alinea.id.
Karena itu, Dicky mengatakan, pengabaian dalam pengendalian varian Delta dan Omicron, berpotensi melahirkan varian rekombinan. Varian Covid-19 rekombinan merupakan hasil kawin antara Omicron dan Delta dalam tubuh pasien yang terinfeksi keduanya.
"Ini mengkhawatirkan karena varian Covid-19 Omicron dapat menginfeksi orang-orang yang sudah divaksin. Sedangkan varian Covid-19 Delta memiliki keparahan yang lebih dari Omicron," tambah Dicky.
Hal ini pun dinilai Dicky akan menjadi masalah besar, tidak hanya di Indonesia saja tetapi seluruh dunia. Untuk itu, ia menekankan pemerintah Indonesia perlu meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas), dan mengejar target vaksinasi dosis lengkap.
"Selain itu, fungsi monitoring kedisiplinan dalam karantina harus ditingkatkan. Kalau perlu, harus ada sanksi," ujar Dicky.