Jabar Dilanda Kemarau, Ribuan Hektare Sawah Puso
BANDUNG - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat menyatakan, bahwa kekeringan berdampak pada 29.913 hektare sawah. Hal ini menyebabkan 1.682 hektare sawah puso pada musim kemarau tahun ini.
"Yang terdampak kemarau area padi atau sawah mencapai lima persen, yakni dari total 596 ribu hektare lahan sawah, sebanyak 29.913 hektare-nya terdampak kekeringan. Paling luas di Indramayu," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat Hendy Jatnika pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Selasa (9/7).
Hendy mengatakan, seharusnya Kabupaten Indramayu bisa mencontoh Kabupaten Karawang, yang sejak beberapa tahun lalu lahan pertaniannya tidak kena dampak kekeringan.
"Jadi sawah di Kabupaten Karawang itu disiplin terhadap aturan giliran tanam, mereka menanam palawija di saat menjelang kemarau, sudah tidak ada sawah susuganan lagi. Sehingga yang terdampak sudah nol persen di sana," jelas Hendy.
Hendy mengatakan, sebagian besar lahan padi yang terdampak kekeringan adalah sawah tadah hujan. "Padahal seharusnya mereka sudah tidak menanam padi, melainkan menanam palawija dan kacang-kacangan yang tidak membutuhkan banyak air," kata dia.
Hendy menjelaskan pula, bahwa sampai pertengahan tahun ini dampak kemarau paling parah terasa di kawasan pantai utara Jawa Barat, khususnya di tujuh kecamatan di Kabupaten Bekasi, Indramayu, dan Karawang.
"Jadi di tujuh kecamatan ini, hujan tidak turun selama dua bulan penuh," kata Hendy.
Provinsi Jawa Barat luas sawahnya mencapai 932 ribu hektare, dan rata-rata mampu menghasilkan 12,3 juta ton gabah kering giling, atau delapan juta ton beras beras dalam setahun.
Sepanjang Januari sampai Juni 2019, Jawa Barat sudah menghasilkan empat juta ton beras.
Hendy memperkirakan, dampak kekeringan selama musim kemarau tahun ini tidak akan sampai memengaruhi ketahanan pangan provinsi. (Ant).