Jual Sayur, Agus Cetak Omzet Rp500 Juta
CIANJUR - Hasil tak pernah mengkhianati proses. Termasuk di sektor pertanian. Ini dibuktikan petani muda, Agus Ali Nurdin. Dia berhasil mencetak omzet hingga Rp500 juta per bulan. Dari budi daya hortikultura.
Kerja kerasnya diawali dengan menggarap dua hektare di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar). Lahan ditanami berbagai sayuran Jepang. Produknya lantas dipasarkan ke mana-mana.
Usaha tani dilakoni usai mengikuti program magang ke "Negeri Matara Terbit". Kegiatan tersebut diadakan Kementerian Pertanian (Kementan).
Seiring berjalannya waktu, jebolan Agronomi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu kemudian mendirikan komunitas Okiagaru. Pun melibatkan ratusan petani Cipanas.
"Kami tanamkan jiwa bertani profesional, cara mengolah, dan manajemennya. Kami balikkan opini masyarakat yang mengatakan, bahwa bertani adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan," ucapnya.
Nama Okiagaru diadopsi dari bahasa Jepang. Bermakna bangkit dan membangkitkan. Komunitasnya memiliki visi menjadi lembaga agribisnis petani muda yang mandiri, inovatif, profesional, bertaraf internasional, berbasis ekonomi syariah, dan ramah lingkungan.
Usaha Agus kini berkembang pesat. Luas lahan Okiagaru Farm menjadi 17 hektare. Tersebar di berbagai daerah di Jabar: Cianjur, Cisarua, dan Depok. Jumlah petani yang bergabung kini mencapai 500 orang lebih.
Tak sekadar itu. Lahannya pun telah mengantongi sertifikat organik per 2016. Diterbitkan Indonesian Organic Farming Certification (Inofice).
Produk hortikultura yang dihasilkan sekarang mejeng di pusat perbelanjaan modern dan restoran Jepang.
"Untuk memenuhi orderan, kami lihat siapa saja yang memiliki hasil panen dan terus bisa berkesinambungan. Jadi ada yang menanam, ada yang panen. Maka, produksi tidak akan berhenti setiap harinya," tuturnya.
Dalam rangka mengembangkan usaha, komunitasnya kini sedang proses pendirian koperasi dan Okiagaru Mart. Guna mengimbangi persaingan bisnis dan mengakomodasi kepentingan seluruh anggota.
Komoditas yang dihasilkan pun bakal diekspor. Seperti oyong ke Jepang dan buncis kenya ke Singapura.
Agus mengungkapkan, sektor pertanian masih prospektif. Juga menguntungkan para pelakunya. "Kalau bekerja dengan profesional, kita pasti memperoleh keuntungan yang bagus. Lihat saja para petani di Jepang," katanya.
Terpisah, Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menilai, Agus merupakan bukti sektor pertanian Tanah Air masih menjanjikan. Asal bekerja secara profesional dan mengikuti perkembangan zaman.
"Manfaatkan teknologi ini untuk mendorong produktivitas dan pemasaran produk horti. Ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan," tutup Anton, sapaannya.