Mudik Jalur Darat yang Penuh Risiko
JAKARTA - Jumlah pemudik dengan kendaraan pribadi diperkirakan naik seturut melambungnya harga tiket pesawat domestik belakangan ini. Kondisi ini juga dipastikan menambah risiko keselamatan para pemudik karena volume kendaraan bisa meningkat lebih dari 100 persen.
"Belum lagi bila disandera dengan kemacetan parah selama perjalanan. Keselamatan bertransportasi adalah kata kunci yang pertama dan utama," kata Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi di Jakarta, Senin (27/5).
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, lebih dari 50 persen warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mudik lebaran tahun ini dan 40 persennya menggunakan jalan tol. Selain pemudik yang menggunakan mobil, akan ada 924.000 pemudik sepeda motor.
Tulus menyarankan agar pemudik tidak memaksakan diri dan kendaraannya. Lebih baik terlambat sampai ke tujuan atau tidak berangkat daripada tidak sampai tujuan.
"Beristirahatkan di tempat istirahat yang aman seperti tempat istirahat di jalan tol, stasiun pengisian bahan bakar umum, masjid, dan lain-lain," tuturnya.
Pengemudi perlu beristirahat setiap tiga jam hingga empat jam setelah mengemudi. Kendaraan juga jangan dipaksa dipacu dengan kecepatan tinggi.
Pemudik juga perlu memastikan kendaraannya laik jalan, terutama untuk perjalanan jauh dan kendaraan yang sudah berumur. Servis kendaraan sebelum perjalanan mudik adalah solusinya.
Tulus menambahkan, muatan kendaraan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai kapasitas berlebihan, baik jumlah penumpang maupun jumlah barang di bagasi ataupun di atas kendaraan.
"Muatan berlebihan akan membahayakan keselamatan berkendara. Muatan di atas atap mobil juga berpengaruh pada aspel keselamatan," katanya.
Dia menilai hal yang paling penting selama mudik lebaran adalah aspek keselamatan. Salah satu yang selalu terjadi dalam fenomena mudik lebaran adalah penurunan derajat keselamatan dalam setiap jenis transportasi, terutama transportasi darat berbasis jalan raya. (Ant)