Pencarian Korban, Basarnas Stop Penyelaman Malam Hari
KARAWANG - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memutuskan untuk menghentikan sementara penyelaman malam hari dalam pencarian koban jatuhnya pesawat Lioan Air JT 610.
Direktur Operasional Basarnas Brigjen (Mar) Bambang Suryo Aji mengatakan, penyelaman dihentikan lantaran cuaca buruk dan pendeknya jarak pandang.
Dua alasan tersebut, kata dia, membuat proses pencarian menjadi sulit. Namun, untuk pencarian pada permukaan laut tetap dilakukan 24 jam.
"Malam ini kami tetap melakukan kegiatan operasi 24 jam, kecuali penyelaman," kata Bambang dalam konferensi pers di Basarnas, Jakarta, Senin (29/10).
"Saya pending dulu penyelaman karena cuacanya kalau malam hari juga tidak bersahabat," ucapnya.
Dia menambahkan, KRI Rigel hingga saat ini tetap beroperasi dalam pencarian korban sekaligus badan pesawat. Selain itu, Kapal Baruna Jaya milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga tetap melakukan pencarian.
"Kemudian malam ini juga saya perintahkan dari BPPT menggunakan Kapal Baruna Jaya untuk melaksanakan operasi pencarian," ucapnya.
Hingga malam ini Basarnas berhasil menemukan puing-puing yang diduga bagian dari ekor pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. Basarnas juga menemukan sejumlah kartu identitas, barang-barang dan tubuh korban.
Diketahui, Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang setelah terbang beberapa menit di ketinggian 2.500 di atas permukaan laut (dpl). Sebelumnya, pesawat nahas tersebut sempat hilang kontak setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Pesawat yang mengangkut 188 orang termasuk kru jatuh pada koordinat S 5 49.052 E 107.06.628 atau berada di sekitar wilayah Karawang. Diketahui, pesawat nahas yang dibuat 2018 tersebut bertipe Boeing 737 MAX 8 dengan kode registrasi PK-LQP dan baru dioperasikan Lion Air 15 Agustus 2018.