Peneliti BATAN Harapkan Dukungan Kuat Pemerintah di Bidang Nuklir
BANDUNG - Dukungan kuat dari pemerintah di bidang nuklir, diharapkan di masa depan kontribusinya pada aplikasi dalam berbagai bidang, kata pakar teknik analisis nuklir Dyah Dwiana.
"Harusnya dengan dukungan pemerintah yang jelas di bidang nuklir maka di masa depan bisa berkontribusi di berbagai aplikasi seperti di bidang kesehatan, lingkungan maupun energi," ujar Dyah yang juga peneliti di BATAN, Bandung, pada Jumat (6/12).
Jika pemerintah mendukung secara penuh, kata Dyah, maka para peneliti dapat bisa bekerja lebih optimal. Hasilnya pun juga akan bisa bermanfaat di masyarakat.
Selain dukungan, Dyah juga mengatakan perlu adanya diseminasi informasi ke masyarakat, yang membuat mereka akan merasa lebih dekat dengan nuklir. Juga pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Teknologi nuklir tidak hanya perihal energi, tapi juga dapat dipergunakan untuk sektor lain, seperti kesehatan dan lingkungan hidup.
Dalam bidang kesehatan, selain beberapa alat yang menggunakan radiasi terdapat juga kedokteran nuklir yang memanfaatkan teknologi nuklir, untuk proses penyembuhan dengan memanfaatkan radioisotop.
BATAN sendiri sudah bekerja sama dengan PT Kimia Farma untuk memproduksi radiofarmaka, yaitu senyawa kimia yang mengandung atom radioaktif dalam strukturnya, dan digunakan untuk diagnosis atau terapi.
Lima produk radiofarmaka, kerja sama BATAN dan Kimia Farma mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan, hingga akhirnya mendapatkan persetujuan registrasi Nomor Izin Edar.
Selain kesehatan, permasalahan lingkungan hidup juga dengan teknik analisis nuklir yang dapat mengidentifikasi kandungan polutan, yang mengotori udara di Indonesia.
Selain itu, teknik analisis nuklir BATAN juga dapat dimanfaatkan dalam usaha pemerintah menurunkan angka kekerdilan (stunting), dengan menganalisa sampel makanan anak penderita dan yang normal. Tujuannya, untuk mendapatkan data asupan gizi mikro.
Analisis sampel makanan untuk melawan kekerdilan itu, sedang dilakukan para peneliti BATAN sampai saat ini.
"Begitu selesai kami akan infokan ke Kementerian Kesehatan, silahkan untuk menjadi referensi dasar untuk menentukan kebijakan berikutnya," ujar Dyah. (Ant).