PT Agincourt Resources Terapkan Keberagaman Gender dalam Operasional Perusahaan
Parapat, Jurnaljabar - PT Agincourt Resources (PTAR) menerapkan kebijakan keberagaman gender di seluruh aspek operasional perusahaan sejak 2016 untuk menunjukkan komitmen keberagaman gender. General Manager Operations PTAR, Rahmat Lubis, mengatakan komitmen ini untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan pengembangan kompetensi profesional yang setara.
“Kami juga membangun budaya dan lingkungan kerja yang mempromosikan martabat dan rasa hormat, tempat kerja bebas dari diskriminasi, intimidasi, penindasan atau pelecehan. Selain itu, kami menyediakan program pelatihan dan penyadaran bagi tenaga kerja untuk meningkatkan pemahaman atas isu keberagaman dan kesetaraan gender,” kata Rahmat menghadiri di gelaran Women 20 (W20) Summit di Danau Toba, Parapat, Selasa (19/7).
Dikutip dari rilis yang diterima Jurnaljabar.id, Rahmat menerangkan PTAR telah menyusun sejumlah kebijakan sebagai dasar mempraktikkan keberagaman gender seperti kebijakan cuti hamil dan cuti ayah, kode praktik manajemen pembatasan kerja terkait kehamilan, dan kebijakan laktasi. Berbagai upaya ini dinilai membuahkan karyawan perempuan dari 25% per akhir 2019 menjadi 26% per akhir 2021.
"Bahkan, di sektor ekstraktif, PTAR satu-satunya perusahaan tambang emas di Indonesia yang memiliki komposisi karyawan perempuan hingga 26%," imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pegawai PTAR, Latipa Henim Siregar, menyatakan praktik keberagaman gender di perusahaan ini telah dialaminya. Ia bekerja di PTAR sejak 2004 dengan posisi awal sebagai Junior Geologist. Selama 18 tahun bekerja hingga kini, Latipa sudah mengalami empat kali promosi jabatan hingga akhirnya ia menduduki posisi Superintendent Grade Control Operations, Departemen Mine Geology.
“Selama saya bekerja, PTAR memberikan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk mengembangkan diri. Saya pernah mendapat pelatihan teknikal dan hal lain, sama dengan rekan laki-laki. PTAR bahkan mendukung saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan saya sudah menyelesaikannya,” tuturnya.
Senior Manager Community Relations PTAR, Christine Pepah, mengatakan hingga saat ini sebanyak 108 perempuan dari 8 kelompok usaha sudah mendapat pendampingan dari PTAR. Mereka tersebar di dua kecamatan di Tapanuli Selatan.
“PTAR berkomitmen memberikan kesempatan dan peran yang sama kepada kelompok perempuan untuk berusaha dan menjalankan kegiatan kelompoknya secara mandiri, serta meningkatkan kapasitas diri dan kelompoknya melalui berbagai program, pelatihan, dan pendampingan. Dengan begitu, mereka dapat menjadi mampu dan berdaya menjalankan usahanya secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Christine mencontohkan program pengembangan usaha minimarket Sahata Commissary di dalam Camp PTAR yang sudah berjalan sejak 2012. Program yang diinisiasi PTAR tersebut berhasil memberdayakan Ikatan Perwiridan Yasin (IPY) Nurul Huda, Kecamatan Batangtoru, yang memiliki sekitar 1.000 anggota.
PTAR membantu menyediakan sarana dan fasilitas minimarket, meningkatkan kapasitas karyawan minimarket, memperluas jaringan kerja sama dengan distributor utama, dan membentuk Koperasi Sahata Satahi Saoloan sebagai wadah yang menaungi kegiatan usaha IPY Nurul Huda.
Program ini membuahkan hasil. Pendapatan dari Sahata Commissary bisa digunakan untuk membiayai operasional IPY Nurul Huda dan beberapa usaha rumah tangga turut diberdayakan sebagai pemasok. Koperasi Sahata Satahi Saoloan pun berhasil membuka toko sembako sederhana untuk memenuhi kebutuhan anggota koperasinya.
“Program pengembangan ekonomi yang dijalankan PTAR melalui pemberdayaan kelompok perempuan sedikit banyak membantu mereka dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Program ini juga membuka peluang bagi perempuan untuk berkarya dan membuka ruang untuk berpikir, bertindak, dan bersosialisasi,” ujar Christine.