Said Didu: Paling Bahaya Kalau Genderuwo Menyatu dengan Kekuasaan
JAKARTA - Pernyataan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) tentang politik genderuwo yang bertujuan menyindir lawan politiknya, dinilai seperti memercik air ke muka sendiri. Praktisi industri dan bisnis Said Didu mengatakan, politik genderuwo yang dimaksud Jokowi—sebagai cara-cara politik yang gemar menakut-nakuti masyarakat—itu ternyata terjadi di internal pemerintahannya.
Dia berpendapat, justru yang paling berbahaya adalah genderuwo yang sudah masuk dalam sistem pemerintahan penguasa. “Genderuwo yang paling bahaya di negara adalah kalau genderuwo itu sudah menyatu dengan kekuasaan,” kata Said Didu dalam diskusi Rabu Biru bertajuk Menumpas Genderuwo Ekonomi di Prabowo–Sandi Media Center, Jakarta, Rabu (14/11/2018).
Mantan staf khusus menteri ESDM Sudirman Said itu mencontohkan, selain masalah utang pemerintah, ternyata perusahaan-perusahaan BUMN juga tidak ingin kalah berlomba untuk memperbanyak utang. Dia mengatakan, publik dibuat terkejut karena pengurusan utang tersebut seolah-olah seperti sihir dan secara tiba-tiba mucul angka total dari utang BUMN.
“Lobi-lobi untuk mendapatkan sumber pembiayaan genderuwonya juga ada, termasuk itu BUMN-BUMN itu utangnya ke mana kita tahu, tapi kita enggak tahu siapa yang urus, tahu-tahu sudah dapat utang,” tuturnya.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Farouk Abdullah Alwyni mengatakan, pemerintah sebetulnya bisa saja terlepas dari politik genderuwo, asalkan mau transparan dan jujur kepada publik. “Kalau birokrasinya dibikin efisien, transparan, profesional, maka keterbukaan informasi itu akan bisa meminimalisasi kelompok kepentingan pribadi itu, karena masyarakat punya akses yang sama,” ucapnya.
Sementara, akademikus sekaligus anggota Sandinomics, Rizal Halim menuturkan, jika dilihat dari sisi kepercayaan orang Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, genderuwo adalah makhluk gaib yang menakutkan.
“Genderuwo ini mitologi Jawa yang tidak kelihatan tetapi menakutkan. Tidak pernah diakui keadan dan ketiadaannya, tapi sebagian orang percaya. Ini menarik dan ilustrasi ini kita tarik dengan situasi ekonomi kita,” ujar Rizal.
Genderuwo yang dimaksud Jokowi menurutnya justru sama halnya dengan mafia ekonomi atau BUMN yang menyatu dengan penguasa. Genderuwo ekonomi itu, kata dia, tidak terlihat namun membuat rugi negara.
“Ini persoalan yang kalau dilihat secara data time series terjadi berulang-ulang, jadi hebat ya bangsa ini. Setiap tahun terjadi tetapi diskusi itu-itu saja. Apakah kita sadar? Iya, tetapi tidak pernah diselesaikan,” ucapnya.