Ternyata Ini Alasan Yusril Jadi Lawyer Jokowi-Ma’ruf
JAKARTA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra menjelaskan alasannya menjadi 'lawyer atau penasihat hukum pasangan calon nomor urut satu, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Yusril menjelaskan alasannya tersebut kepada Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada Senin (12/11).
Yusril mengaku, langkahnya untuk menjadi "lawyer" Jokowi-Ma’ruf adalah keputusan profesionalitas pribadinya, yang tidak melibatkan insitusi partai. Namun, dirinya mengakui bahwa langkahnya, langsung atau tidak langsung membawa dampak kepada kepentingan partai.
“Apa yang diputuskan adalah langkah strategis untuk menjaga agar pemilu berjalan sesuai koridor hukum yang berlaku, sambil memperkuat sisi politik PBB agar mampu menembus ambang batas 4 persen,” ujar Yusril dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (13/11).
Yusril menegaskan bahwa dirinya bertanggung jawab untuk menyelamatkan PBB yang terpuruk selama 10 tahun terakhir. Indikator penyelamatan itu adalah terbentuknya Fraksi PBB di DPR RI yang selama ini kosong karena PBB gagal menembus ambang batas parlemen.
Yusril kembali menegaskan hasil pembicaraannya dengan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir bahwa dirinya bukan bagian dari Timses.
"Saya adalah 'lawyer' profesional untuk dimintai saran dan pendapat serta melakukan advokasi hukum jika dipandang perlu," ucapnya, yang pernah menjadi aktivis DDII yang ketika itu dipimpin Mohammad Natsir.
Seperti Kwik Kian Gie, kata Yusril, yang diminta untuk menjadi Penasihat Ekonomi Prabwo Sandi, tetapi Kwik sama sekali bukan bagian dari Timses pasangan calon itu.
Yusril mengakui bahwa pada hari-hari pertama keputusannya itu akan menjadi kontroversi. Namun, dalam waktu singkat melalui penjelasan yang intensif, keputusannya akan dapat dipahami.
Yusril mencontohkan, dia datang ke Bandung untuk menjelaskan sikapnya di hadapan sekitar 1.000 orang Pengurus DPW, DPC dan Caleg PBB se Jawa Barat.
Mereka yang semula berseberangan, kata dia, akhirnya dapat menerima setelah dilakukan penjelasan dan dialog dengan hati terbuka.
Yusril mengakui bahwa perbedaan pendapat akan selalu ada pada setiap partai, termasuk di Masyumi dulu.
"Perbedaan ideologis tentu tidak ada. Yang ada adalah perbedaan langkah-langkah strategis politik di lapangan," katanya.
“Yang penting semua pihak dapat menahan diri karena berpolitik perlu kedewasaan dan kesabaran,” imbuhnya. (Ant)